berikut ini yang bukan manfaat pembangunan sektor pariwisata bahari adalah
Fungsikedua adalah fungsi sekunder yang merupakan fungsi kegunaan. Artinya arsip dibuat dengan kegunaan tertentu untuk mendukung tujuan atau visi dan misi sebuah perusahaan, organisasi, maupun lembaga yang membuatnya. Dalam pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata diharapkan empat aspek utama yang harus diperhatikan. Empat aspek ini
Kebijakanpembangunan kelautan dan perikanan secara lestari, perlu diterjemahkan secara saksama dalam bentuk langkah-langkah konkret yang dirumuskan secara mendasar dengan memahami aspek-aspek yang terkait di dalamnya. Pemahaman tersebut disusun dengan mempertimbangkan aspek berikut ini: 1. sifat maupun karakter laut sebagai sumber daya;
30Questions Show answers. kegiatan ekonomi yang dilakukan diwilayah pesisir pantai, dan lautan serta darat yang menggunakan sumber daya alam (SDA) dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang atau jasa disebut. kegiatan ekonomi yang mencakup transportasi laut, industri galangan kapal dan perawatannya, pembangunan dan
1987), pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Tentunya, wisata bahari ini akan mampu memiliki daya saing pariwisata di ASEAN. Optimisme ini didukung potensi kelautan Indonesia
WAWASANKEMARITIMAN. June 03, 2014. · Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti navigasi atau maritim. · Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas pelayaran dan perniagaan yang berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut dengan pelayaran niaga. · Berdasarkan terminologi maritim berarti ruang/wilayah
Site De Rencontres Pour Ado Sans Inscription. Ket Foto diambil dari Salah satu penyumbang devisa ekonomi Indonesia adalah sektor pariwisata. Secara empiris, sebagian besar destinasi wisata berkelas dunia di Indonesia berbasis wisata bahari. Sayangnya, pengelolaannya belum optimal. Dalam visi poros maritim dunia pemerintah, wisata bahari jadi salah satu sebagai prioritasnya. Namun, dibalik pesatnya kemajuan wisata bahari menyimpan soal yang mengusik kehidupan masyarakat lokal, terutama masyarakat yang bermukim di pesisir maupun pulau kecil. Mereka kerap terabaikan hingga jadi korbannya. Salah satu kasus yang menarik perhatian publik yaitu perampasan Pulau Pari tahun 2017 oleh korporasi dengan cara mengusir penduduk lokal. Mereka berdalih telah menggenggam sertifikat dan izin usaha pengembangan pariwisata. Padahal, masyarakat lokal telah mendiaminya sebelum Indonesia merdeka. Kondisi ini mengisyaratkan adanya perampasan sumber daya dan ruang laut ocean grabbing buat bisnis wisata bahari. Pemerintah mestinya memperhatikan soal krusial semacam ini. Keunggulan Indonesia mengenjot pariwisata karena berkontribusi signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional. Tahun 2019, kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 15 persen dan meraup devisa Rp 275 triliun. Wisata bahari baru mampu menyumbang devisa sektor pariwisata US$ 1 miliar. Nilainya lebih kecil dibandingkan Malaysia yang mampu meraup devisa hingga 40 persen senilai US$8 miliar. Padahal, Indonesia memiliki 33 destinasi wisata bahari ketimbang Malaysia yang hanya 11. Indonesia pun punya keunggulan unik. Pasalnya, negara kita memiliki kawasan pesisir dan laut yang ideal buat aktivitas wisata bahari. Diantaranya buat berjemur, berenang, menyelam, snorkeling, memancing, surfing, boating, yachting, parasailing, cruising, marine parks, dan whale watching. Destinasi wisata bahari yang mendunia diantaranya pulau Bali, Taman Laut Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat, Riung Tujuh, Labuhan Bajo, Pulau Komodo, dan Nusa Tenggara Barat NTB. Semuanya jadi ikon Indonesia di dunia internasional yang menyedot kunjungan wisata setiap tahunnya. Data BPS mencatat wisatawan mancanegara wisman yang berkunjung ke Indonesia tahun 2018 berjumlah 15,81 juta melonjak 12,63 persen ketimbang tahun 2017 sebesar 14,04 juta. Sebagai pusat segitiga terumbu karang dunia Coral Triangle Indonesia memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Di antaranya, 590 jenis karang, jenis ikan karang, 12 jenis lamun, 34 jenis mangrove, jenis krustasea, 6 jenis penyu, 850 jenis sponge, dan 24 jenis mamalia laut. Letak geografi Indonesia daerah tropis dengan iklim yang hangat dan matahari bersinar sepanjang tahun jadi keunggulan lain dari wisata bahari. Utamanya buat aktivitas scientific diving, konservasi, pendidikan, dan fotografi bawah air. Semua keunggulan ini mesti diberdayakan buat meningkatkan devisa negara dan menyediakan lapangan kerja baru. Namun, pemberdayaannya mesti mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya dan ekosistemnya serta kehidupan ekonomi masyarakat lokal. Masyarakat lokal jangan sampai jadi korban industri wisata bahari. Begitu pula keberlanjutan, sumber daya, ekologi, ekosistemnya. Maraknya perampasan sumber daya dan ruang laut maupun pesisir lewat industri wisata bahari masih jadi problem struktural maupun kultural. Makanya, pendekatan baru pengembangan wisata bahari berbasis kearifan dan budaya masyarakat lokal jadi keniscayaan. Alternatif Problem struktural maupun kultural di balik pesatnya perkembangan wisata bahari, pertama, maraknya perampasan ruang laut, pesisir dan pulau kecil yang mengabaikan masyarakat lokal. Kedua, adanya penguasaan eksklusif pulau-pulau kecil di Indonesia oleh warga negara asing dengan dalih investasi berlabelkan adopsi pulau. Awal mulanya berupa kebijakan pemerintah menawarkan 31 pulau kecil ke pihak asing. Hasilnya 19 pulau kecil telah dikelola asing dan membatasi akses masyarakat lokal KIARA, 2015. Umpamanya, investor Malaysia mengelola pulau Maratua di Kalimantan Timur, Pulau Dua dan sebagian lahan di pulau Enggano di Bengkulu Utara Kompas 21/11/2016. BACA JUGA Blue Economy Sebagai Model Pembangunan Wilayah Pesisir Ketiga, perilaku wisatawan yang membuang sampah plastik sembarangan. Tindakan ini mengancam kehidupan fauna dan flora laut jenis mamalia, seperti ikan paus, duyung, lumba-lumba, penyu, dan ekosistem terumbu karang. Keempat, minimnya keterlibatan masyarakat lokal sebagai pelaku industri wisata bahari ketimbang korporasi. Imbasnya, akumulasi kapital mendominasi ketimbang kepentingan keberlanjutan sumber daya, ekosistem dan kearifan lokal masyarakatnya. Di sinilah pentingnnya pendekatan alternatif yang tak menghambat industri wisata bahari dan anti asing. Dibutuhkan keadilan ekonomi dan ekologi sehingga mereduksi hegemoni korporasi dalam mengelola wisata bahari. Model pendekatannya ialah degrowth dalam tata kelola wisata bahari berkelanjutan degrowth in sustainable marine tourism governance. Pendekatan ini merupakan suatu proses kolektif-deliberatif yang mengendalikan mekanisme pasar serta menjamin pertukaran barang dan jasa secara adil kehidupan manusia Schneider et al, 2013. Model ini juga memprioritaskan jaminan kualitas hidup manusia ketimbang kuantitas, kooperasi ketimbang kompetisi sehingga mewujudkan keadilan sosial Latouche, 2003. Secara ekologi-ekonomi, model ini akan menjamin keberlanjutan sosial dan mencegah ketidakadilan Kallis, 2010. Ia juga menjamin keberlanjutan ekologis, pengelolaan ekonomi secara partisipatif, pemenuhan kebutuhan dasar dan kualitas hidup manusia yang lebih baik sehingga menciptakan keadilan distributif, baik ruang maupun sumber dayanya Research and Degrowth, 2010. Konsep degrowth dalam wisata bahari ini dapat diilustrasikan dalam kehidupan biologi hewan dan tumbuhan yang tetap menjamin keberlanjutan ekosistem/ekologis secara alamiah. Kebijakan tata kelola wisata bahari tak mesti mengejar pertumbuhan bisnisnya yang tinggi. Melainkan bagaimana tata kelola pariwisata bahari berorientasi ekologi yang menjamin proses metabolisme alam dalam sistem jaring-jaring kehidupan di wilayah pesisir dan lautan. Mirip proses metabolisme dalam tubuh manusia. Apabila manusia mengkonsumsi makanan secara berlebihan tanpa memperhatikan dampaknya bagi kesehatannya, proses metabolisme tubuhnya bakal terganggu. Akibatnya menimbulkan pelbagai penyakit kronis semacam jantung, darah tinggi, hingga obesitas. Tubuh manusia tak bisa memaksakan pasokan asupan makanan tanpa kendali masuk dalam tubuhnya. Mesti mempertimbangkan ekologi tubuhnya sehingga proses metabolisme tetap berlangsung normal. Bila, mengasumsikan “asupan” makanan berlebihan masuk ke tubuh manusia berorientasi “pertumbuhan”. Imbasnya, manusia menderita penyakit kronis hingga berujung kematian. Itu sama artinya ulah manusia mengejar pertumbuhan ekonomi pariwisata yang tinggi dan mengabaikan metabolisme alamiahnya sehingga berujung kehancuran sumber daya alam pesisir dan lautan antroposentrisme Karim, 2013. Timbul pertanyaan, bagaimana kontribusi wisata bahari terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun daerah? Apakah akan memperlambat pertumbuhan atau sama sekali tidak ada? Kontribusi pertumbuhan bakal dihasilkan di bagian akhir dari model pendekatan ini. Apabila aktivitas yang berlangsung telah mencapai pemerataan pendapatan, keadilan ekonomi, dan keadilan ekologi. Maka, berkontribusi terhadap pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Secara konsepsional pemikiran ini dimodifikasi dari Andriotik 2009 yang memposisikan “masyarakat lokal” local community sebagai pelaku utamanya. Tujuannya adalah memaksimalkan kesejahteraan bukan akumulasi kapital semata. Model tata kelolanya yaitu, pertama, berorientasi dan menitikberatkan aktivitas padat karya labour intensive ketimbang padat modal capital intensive. Orientasi ini menyerap lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Masyarakat yang bermukim di wilayah destinasi wisata bahari tak perlu lagi jadi TKI/TKW di luar negeri. Tugas pemerintah lokal ialah memperkuat kapasitas dan sumber daya manusianya serta menyediakan insentif yang memudahkan pengembangan wisata berbasis kerakyatan ini. Diantaranya, pajak, kepastian hukum dan mereduksi biaya transaksi yang berpotensi menimbulkan moral hazard. Kedua, kepemilikan akses dan aset serta kontrol sumber dayanya mengutamakan keterlibatan masyarakat lokal endogen ketimbang korporasi eksogen yang kerap menutup akses mereka. Artinya, prinsip kolektif-deliberatif dan pengelolaan partisipatif mengutamakan masyarakat lokal. Hal ini bakal mendorong inovasi dan kreasi masyarakat lokal berbasiskan teknologi digital. Disini bakal muncul wirausaha-wirausaha sosial berbasis teknologi yang mendukung aktivitas wisata bahari. Imbasnya, bakal tercipta kesejahteraan hidup yang berkualitas, keadilan distribusi ruang dan sumber daya serta sosial. BACA JUGA Menggelorakan Usaha Agroedutourism Ketiga, karena sifatnya padat karya, skala usaha pengembangan wisatanya berskala usaha kecil dan menengah termasuk berbasiskan kelembagaan koperasi dan badan usaha milik desa. Negara berperan menyediakan skema permodalan dan kebijakan afirmatif insentif pajak, perizinan dan pelatihan sumber daya manusia profesional untuk meningkatkan kapasitas di level lokal dalam tata kelolanya. Bagaimana dengan infrastrukturnya? Pemerintah tak perlu membangun infrastruktur besar-besaran yang padat modal. Pemerintah lebih baik merevitalisasi bio-infrastruktur di wilayah pesisir dan lautan yang selama ini mengalami degradasi, seperti rehabilitasi hutan mangrove dan terumbu karang. Fasilitas akomodasi wisata lebih berorientasi etnik berbahan baku lokal, seumpama cottage dan losmen buat wisatawan. Ini tak membutuhkan biaya mahal karena memanfaatkan sumber daya alam lokal seperti kayu batang kelapa yang sudah tua. Di samping itu, dikembangkan pula model kerajinan rumah tangga home industry untuk buah tangan, kuliner lokal dan camilan buat wisman yang berkunjung. Keempat, pengembangannya tidak bersifat massal. Melainkan adaptif dan selaras dengan sumberdaya, budaya maupun kearifan lokal sehingga tidak menimbulkan perilaku destruktif terhadap lingkungan dan masyarakat hingga tak mengurangi nilai manfaat ekonominya. Pengembangan ini memudahkan dalam mengontrol dan mengawasinya. Terutama terkait perilaku wisatawan yang membuang sampah plastik sembarangan yang merusak ekosistem terumbu karang, mangrove dan biota perairan jika masuk ke laut. Kelima, mengembangkan wisata bahari yang menggambarkan cara hidup unik dan bercirikan rasa kekeluargaan, persaudaraan serta kolektivisme sehingga tercipta interaksi sosial masyarakat lokal/adat dengan wisatawan. Wisatawan yang sadar ekologi otomatis menikmati kehidupan alami dan menyelami cara hidup, kuliner dan budaya lokal masyarakat tanpa merubah bentang alam, serta merusak ekosistemnya. Keenam, modelnya bersifat demokrasi deliberatif yang mengedepankan partisipasi dan budaya masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan pengelolaannya. Persis yang diaplikasikan oleh desa-desa adat pesisir di Bali. Apakah model ini dapat diaplikasikan dalam konteks yang bukan bersifat adat maupun budaya? Sangat mungkin, asalkan ada kebijakan ekonomi politik pemerintah pusat maupun daerah yang memposisikan wisata bahari tidak hanya berorientasi korporatisme semata. Melainkan memberikan ruang partisipasi masyarakat lokal dan adat dalam tata kelolanya. Model pendekatan ini sejatinya sebagai antitesa dari model kapitalistik-eksploitatif yang meminggirkan masyarakat lokal dan adat. Model ini amat cocok dikembangkan di daerah yang masih asli virgin termasuk yang masuk kawasan konservasi laut. Kita berharap lewat penerapan model ini tak lagi timbul pengusiran dan perampasan ruang laut dan sumber dayanya ocean grabbing. Contohnya, perampasan hak kepemilikan pulau wisata oleh korporasi terutama asing. Soalnya melalui pendekatan ini akan berdampak terhadap perekonomian nasional dan daerah berbasis kepulauan, mengurangi pengangguran, serta meminimalisir degradasi sumberdaya alam maupun ekologi. Semoga! Oleh Muhamad Karim Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim/ Dosen Universitas Trilogi
Tujuan dari penelitian adalah mengukur kinerja perikanan dan pariwisata bahari dalam struktur perekonomian Belitung, apakah sektor tersebut memiliki keuggulan komparatif, termasuk pada sektor unggulan/prospektif/berkembang/potensial/terbelakang. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergeseran struktur perekonomian. Hasil pengolahan data mengindikasikan, pertama dari sektor perikanan dan pariwisata termasuk pada sektor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan daya saing karena memiliki nilai komponen pangsa wilayah negatif - 2,58%, dan –1,16%. Kedua, sektor wisata bahari termasuk pada kategori sektor yang mengalami pertumbuhan progresif 3,25% yang diindikasikan dengan dengan nilai pergeseran bersih yang positif. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor yang dulunya tumpuan perekonomian Belitung perikanan dan pertambangan yang diindikasikan dengan nilai pergeseran bersih negatif -11,16%. Ketiga, jika dilihat dari rasio indikator pertambahan pertumbuhan masing-masing sektor adalah wisata 113%, dan perikanan 112%, mengindikasikan kedua sektor ini termasuk yang produktif dan potensial dan tidak terjadi ketimpangan sektor. Keempat, jika dilihat dari profil sektor dalam kuadran, sektor wisata bahari terletak pada kuadran 3 yang berarti termasuk sektor agak mundur. Sedangkan sektor perikanan termasuk pada kuadran 4 yang mengindikasikan sektor ini masuk sektor yang mundur. Di Belitung terjadi pergeseran perekonomian, yang awalnya mengandalkan sektor primer perikanan dan pertambangan, beralih ke sektor tersier industri dan wisata bahari. Diharapkan pemerintah, mendukung mata pencarian alternatif selain sektor pertambangan dan perikanan, seperti sektor wisata bahari. Salah kendala pengembangan mata pencarian alternatif ini adalah perbedaan orientasi usahanya, dimana awalnya masyarakat menggeluti usaha ekstrasi fisik dan beralih menggeluti usaha jasa wisata pelayanan. Performance of Fisheries and Tourism Sub Sectors in BelitungThe objective of this research was to analyze performance of fisheries and marine tourism sector in Belitung Regency. The analysis was to measure whether the sector has comparative advantage, prospective, developed, potential or underdeveloped condition. The research was conducted in 2016 at Belitung Regency. Data were analyzed by economic structure shift analysis. The results indicated a number of findings. First, fisheries and tourism sector did not have comparative advantage and competitiveness due to its negative regional share component - and Second, marine tourism sector had progressive growth indicated from positive net shift component. Instead, despite the fact that fisheries and mining were the base sector of Belitung Regency, they experienced deceleration of growth indicated by a negative net shift component -11,16%. Third, a growth rate ratio analysis indicated that fisheries and marine tourism are productive and potential sectors because they had a positive growth rate ratio of 112% and 113%. Fourth, the marine tourism sector was in quadrant 3, it means that marine tourism was a fairly declining sector. Fisheries sub sector was in quadrant 4, it means that it was a declining sector. There was an economic shift in Belitung from primary sector fisheries and mining to tertiary sector industry and marine tourism. The government was expected to create alternative livelihoods other than mining and fisheries such as marine tourism. However, problem occurred in the difference of business orientation from physical business to industrial and tourism services. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this Mira Cornelia WitomoPenelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perikanan dan bahari pada wilayah sub sektor tersebut termasuk unggulan/terbelakang/potensial/berkembang, apakah prospektifdan memiliki keunggulan komparatif. Penelitian berlangsung pada tahun 2014 di Kabupaten Brebesdan Kabupaten Sumbawa. Penelitian menggunakan metode analisis ”shift share”. Hasil analisismengindikasikan, pertama pada analisis profil pertumbuhan, sub sektor perikanan di Kabupaten Brebestermasuk sektor yang terbelakang/mundur kuadran 4; sedangkan di Sumbawa termasuk padakategori sektor yang potensial. Guna menggenjot sub sektor perikanan ke sektor unggulan, BappedaKabupaten Sumbawa sudah membuat klaster perikanan budidaya, garam, dan tangkap yang sejalandengan program Minapolitan. Pemerintah Kabupaten Sumbawa harus meningkatkan nilai tambahpada sub sektor perikanan supaya masuk pada kategori produktif atau potensial dengan penguasaaanteknologi yang tepat guna. Sektor pariwisata bahari pada Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Brebestermasuk pada kategori sektor unggulan. Kedua, pada analisis pertumbuhan pangsa wilayah, subsektor perikanan dan wisata bahari termasuk pada sektor yang memiliki keunggulan komparatifkarena hanya sedikit komponen input yang diimpor, karena keuggulan komparatif pada suatu wilayahadalah bagaimana wilayah tersebut menghasilkan komoditas/jasa yang bahan bakunya berdasarkansumberdaya yang dimiliki bukan impor dari negara lain. Akan tetapi, sub sektor perikanan di KabupatenBrebes tidak memiliki daya saing karena adanya abrasi di pantai utara Brebes yang menyebabkanhilangnya tambak di beberapa wilayah dan menurunnya hasil tangkapan, hanya sektor wisata bahariyang memiliki keunggulan Fisheries and Tourism Sub Sectors Performance in Economic Structure of Coastal AreaThe objective of this research is to analyze performance of fisheries and marine tourism atcoastal area. Performance were assessed to understanding whether sub-sector featured/backward/potential/ developing, whether these sub sector had a prospective and comparative advantagecategory. This research was conducted on 2014 in Brebes and Sumbawa District. This researchwas using shift share analysis. The result showed that Brebes fisheries sector was in quadrant 4or backward condition, whereas in Sumbawa included in the category of potential sectors. In orderto boost the fisheries sub-sector to the superior sector, Regional Planning Agency of SumbawaDistrict already made cluster aquaculture, salt, and capture fisheries line with minapolitan District Government should increase the value added in the fisheries sub-sector in orderto enter the category of productive or potential authorization appropriate technologies. Marine tourismsector in Sumbawa and Brebes included in the category of leading sectors. Second, the analysis ofthe share region growth, sub sector of fisheries and marine tourism, including in sectors that have acomparative advantage because only a few imported inputs components, because comparativeexcellence to an area is how the region produces commodities / services with raw materials based onthe resources they have not import from other countries. However, the fisheries sub-sector in Brebes isnot competitive because of their abrasion on Brebes north coast which causes a loss of ponds in someareas and declining catches, only the marine tourism sector has a comparative Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi TenggaraZ AbidinAbidin, Z. 2015. Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara. Jurnal Informatika Pertanian 24 2 Wisata Bahari Di Pesisir Pantai Teluk LampungD AbdillahAbdillah, D. 2016. Pengembangan Wisata Bahari Di Pesisir Pantai Teluk Lampung. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia 1 1 F BudiantoE SusiloIndrayaniBudianto, Susilo, E. & Indrayani. 2013. Implementasi Pengembangan Pariwisata DiPulau-Pulau Kecil Terhadap Masyarakat Pesisir Desa Lihunu, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Eksofim 1 1 Tahun DKP Kabupaten BelitungDinas Kelautan Dan PerikananDinas Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Tahun DKP Kabupaten Belitung. Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Propinsi Jawa Tengah TahunA HasaniHasani, A. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 dan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Potensi Wisata Bahari Dalam Meningkatkan Ekonomi Maritim Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim DuniaV J HustinHustin, 2017. Pengembangan Potensi Wisata Bahari Dalam Meningkatkan Ekonomi Maritim Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. tanggal 1 Maret Perikanan Dalam Kerangk Pengembangan Ekonomi Wilayah di ProvinsiJawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut PertanianH M HudaHuda. 2015. Pembangunan Perikanan Dalam Kerangk Pengembangan Ekonomi Wilayah di ProvinsiJawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Jawa Barat. Tesis.Kajian Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Halmahera Utara Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan CakalangM R IsmailIsmail. M. R. 2007. Kajian Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Halmahera Utara Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalang. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Jawa Barat. Tesis.Keunggulan Sub Sektor Perikanan Dan Pariwisata Bahari Dalam Struktur Perekonomian Wilayah Pulau-Pulau KecilMira. 2013. Keunggulan Sub Sektor Perikanan Dan Pariwisata Bahari Dalam Struktur Perekonomian Wilayah Pulau-Pulau Kecil. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 8 2 Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Suarakarta. Skripsi. Fakultas EkonomiA I PertiwiPertiwi, 2015. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Suarakarta. Skripsi. Fakultas Pengembangan Wisata Bahari Pantai MalalayangF RazakB O L SuzanaG H KapantaouwRazak, F., Suzana, & Kapantaouw, 2017. Strategi Pengembangan Wisata Bahari Pantai Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Agri-Sosio Ekonomi 13 1 Arah Transformasi Struktural Pada Sektor PrimerY P M SitumorangSitumorang, 2008. Analisis Arah Transformasi Struktural Pada Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Pendekatan Estimasi Elastisitas Tenaga Kerja dan Analisis Shift Share, Kasus 5 Kota Besar di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Skripsi. 180 Ekonomi di Dunia KetigaM TodaroS SmithTodaro, M. & Smith, S. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Erlangga.
BerandaPariwisata bahari yang ditingkatkan akan memiliki ...PertanyaanPariwisata bahari yang ditingkatkan akan memiliki dampak yang sangat penting bagi perekonomian, kecuali dalam hal ….Pariwisata bahari yang ditingkatkan akan memiliki dampak yang sangat penting bagi perekonomian, kecuali dalam hal …. Penyerapan tenaga kerja Peningkatan pendapatan masyarakat Peningkatan pemasukan negara Perubahan pola hidup masyarakat AKA. KusumaningrumMaster TeacherMahasiswa/Alumni Universitas Negeri JakartaJawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah D. PembahasanBerikut manfaat dalam mendorong wisata bahari dalam perekonomian Meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan ekonomi negara. Meningkatkan pendapatan masyarakat Mendorong penyerapan tenaga kerja Pemerataan kesejahteraan. Kelestarian ekosistem. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah manfaat dalam mendorong wisata bahari dalam perekonomian Meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan ekonomi negara. Meningkatkan pendapatan masyarakat Mendorong penyerapan tenaga kerja Pemerataan kesejahteraan. Kelestarian ekosistem. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah D. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!8rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia
Pariwisata Bahari merupakan seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang aktifitasnya dilakukan pada media kelautan atau bahari dan meliputi daerah pantai, pulau-pulau sekitarnya, serta kawasan lautan dalam pengertian pada permukaannya, dalamnya, ataupun pada dasarnya termasuk didalamnya taman laut. Permasalahan yang dihadapi pariwisata bahari pada pengembangan wisata di pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut. Sarana dan prasarana. Sumber daya manusia yang memadai. Komunikasi dan publisitas. Kebijakan dan peraturan antara lingkup nasional dan lingkup daerah. Investasi. Kesiapan masyarakat lokal. Jadi, jawaban yang benar adalah D.
Manfaat pariwisata bahari, dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar kawasan wisata secara langsung dan pemerintah daerah secara tidak langsung. Pemerintah daerah, mendapat pemasukan uang dari bea masuk di pelabuhan dan bandara. Sedangkan masyarakat, mendapat manfaat ekonomi dengan menjual cinderamata atau sebagai pemandu wisata. Pariwisata bahari, merupakan bagian dari ekonomi kelautan marine economy yang merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan serta di darat yang menggunakan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa. Provinsi Bali misalnya, telah menjadikan pariwisata bahari sebagai sumber pendapatan daerah. Wisata bahari pulau Bali, sangat terkenal di luar negeri. Contohnya, wisata di Tanjung Benoa. Baca Juga Pelabuhan Benoa Siap Sambut Kapal Pesiar Ukuran 350 Meter Kegiatan Ekonomi Pengertian dan Contohnya 3 Upaya Pengembangan Ekonomi Maritim Indonesia Pantai Tanjung Benoa merupakan pusat kegiatan olahraga air termasuk selam di Pulau Dewata. Di tempat ini Anda dapat melakukan kegiatan seru yang memacu adrenalin. Maklum saja, karakteristik ombak di pantai ini sangat tenang, cocok untuk olahraga air. Beberapa permainan yang seru yang dapat dicoba meliputi sea walker, wakeboard, donut boat, waterski, banana boat, jetski, flying fish, dan parasailing. Selain kegiatan tersebut, Anda pun dapat menikmati kehidupan bahwa laut Pantai Tanjung Benoa dengan melakukan kegiatan snorkeling atau scuba diving. Dijamin liburan Anda selama di Bali menjadi momen yang menyenangkan dan tak terlupakan. Di Benoa, terdapat pula lokasi konservasi penangkaran penyu yang dilindungi, tepatnya di Pulau Penyu. Tiga manfaat pariwisata bahari bagi masyarakat adalah sebagai berikut Bermanfaat menyerap tenaga kerja Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan ekonomi maritim yang dilakukan dengan tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi secara merata di setiap tempat dan juga daerah. Tenaga kerja di industri pariwisata bahari banyak terserap pada hotel dan juga biro perjalanan wisata. Juga pada tempat makan/kuliner, souvenir shop, tour guide, toko persewaan selancar dan lainnya. Wisata bahari, menaikkan pendapatan masyarakat. Wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung akan berbelanja di sekitar kawasan wisata. Wisatawan asing, juga menukarkan mata uang asing yang mereka miliki sebelum kemudian membelanjakannya. Bermanfaat meningkatkan pendapatan masyarakat Ada beberapa contoh langsung dari meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar karena industri bahari. Contohnya adalah wisata bahari di kawasan wisata mangrove Kolak Sekancil, wilayah konservasi Laguna Segara Anakan, Dusun Lempong Pucung, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dengan menanam lebih dari 1,2 juta pohon mangrove untuk kemudian dijadikan kawasan wisata, maka secara langsung bermanfaat untuk menaikkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat sangat terasa, dengan hadirnya edu-wisata mangrove ini juga memberikan pendapatan kelompok pengelola yang kurang lebih 25 persen dan pendapatan rata-rata anggota sudah diatas UMK Upah Minimum Kota/Kabupaten. Dalam tiga tahun terakhir, pendapatan kelompok meningkat dari Rp 114 juta pada tahun 2017 menjadi Rp 163 juta 2018 dan Rp 183 juta 2019 dengan rata – rata omzet lebih dari 20 juta per bulan. Menghasilkan devisa dari wisatawan yang berkunjung Pariwisata bahari akan memberikan dampak yang positif bagi setiap negara yang mengembangkannya. Pada saat ini banyak sekali negara-negara yang menjadikan industri pariwisata sebagai salah satu andalan utama dalam menghasilkan devisa negara, contohnya Thailand, Hawaii dan tentu Indonesia. Data perkembangan pariwisata dunia menunjukkan bahwa pada saat terjadi resesi dunia awal tahun 1980-an, pariwisata tetap melaju baik dilihat dari jumlah wisatawan internasional maupun penerimaan devisa dari sektor pariwisata Selain itu, pengembangan pariwisata bahari mempunyai dampak positif untuk tumbuh-bangkitnya jiwa dan budaya bahari yang dapat memberikan efek berganda dalam mendorong terwujudnya negara maritim yang tangguh. Budaya bahari bertujuan untuk memberikan pemahaman menyeluruh terhadap wawasan bahari di seluruh lapisan masyarakat guna mengoptimalkan pembangunan kelautan nasional yang berkesinambungan dan lestari. Baca Juga Wisata di Sekitar Pelabuhan Marapokot 4 Tujuan Pembangunan Bidang Kelautan di Indonesia Potensi Maritim Indonesia, dari Perikanan hingga Pelayaran Budaya bahari memiliki peran penting dalam membangun bangsa yang berorientasi kelautan. Dengan budaya bahari, masyarakat Indonesia akan belajar keuletan, kerja keras, berjiwa pengusaha, gotong royong, menghargai perbedaan, dan cinta akan lingkungan. Budaya bahari yang kuat akan menjadikan laut sebagai ruang hidup dan ruang juang, tempat belajar, berkarya, bekerja, berolah raga, dan berekreasi, serta mendidik masyarakat. Tentu dibutuhkan dukungan pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur dan akses dari dan ke pelabuhan agar mudah dicapai. Serta tak kalah penting, peran dari komunitas dan masyarakat lokal untuk dilibatkan sebagai mitra untuk menyambut wisatawan. Sinergi berbagai pemangku kepentingan pariwisata juga harus tercipta agar dapat bersama-sama menumbuhkan pariwisata yang kreatif demi kemajuan bersama. Pengembangan pariwisata bahari, harus berkelanjutan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat lokal, kearifan tradisional, kawasan konservasi perairan, dan kelestarian lingkungan. Manfaat pariwisata bahari, juga bertujuan untuk pengelolaan sumber daya kelautan untuk pariwisata bahari secara berkelanjutan bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.
berikut ini yang bukan manfaat pembangunan sektor pariwisata bahari adalah